
Kata kunci: energi, vetiver, fuell cell
Tim peneliti: Umi Sholikah, S.Si.,M.T. dan Dafit Ari Prasetyo, S.T., M.T. (Teknik Lingkungan)
Energi alternatif merupakan harapan bagi sebagian masyarakat untuk memenuhi kebutuhan energi, khususnya energi listrik. Salah satu penemuan energi terbarukan yang dapat diterapkan di Indonesia adalah Plant-Microbial Fuel Cell atau lebih dikenal dengan singkatan P-MFC yang memanfaatkan bakteri alami tumbuhan untuk menghasilkan listrik. Proses dalam menghasilkan listrik pada P-MFC, terjadi secara alamiah di sekitar akar tanaman. Tanaman dapat memproduksi bahan organik dari sinar matahari dan CO2 melalui fotosintesis. Sekitar 70% dari bahan organik ini berakhir di tanah sebagai bahan humus, akar mati, lysates, lendir dan eksudat. Bahan organik ini dapat dioksidasi oleh bakteri yang hidup di sekitar akar, melepaskan CO2, proton dan elektron. Elektron dihasilkan oleh bakteri ke anoda dari sebuah sel bahan bakar mikroba. Anoda digabungkan, melalui beban eksternal ke katoda. Proton yang dikeluarkan di sisi anoda berjalanan melalui membran atau spacer menuju katoda (Helder et al., 2012). Dengan memanfaatkan kondisi geografis Indonesia dengan kondisi tanah yang subur dan berpotensi untuk ditanami tanaman, maka diharapkan Plant-Microbial Fuel Cell juga dapat diterapkan sebagai penunjang energi baru dan terbarukan di Indonesia. Melihat kondisi geografis Indonesia dinilai tanahnya sangat subur dan cocok untuk pertumbuhan tanaman salah satunya adalah rumput vetifer. Rumput vetiver tahan terhadap variasi cuaca (temperatur -14ºC sampai 55ºC), mempunyai daya adaptasi pertumbuhan yang sangat luas pada berbagai kondisi tanah, mampu menembus lapisan keras hingga kedalaman 15cm, dan sangat efektif dalam mengontrol erosi dan sedimentasi tanah, konservasi air, serta stabilisasi dan rehabilitasi lahan sehingga dirasa sangat tepat digunakan sebagai obyek dalam P-MFC untuk menghasilkan energi terbarukan yang ramah lingkungan. Hasil terbaik kombinasi elektroda dalam menghasilkan listrik yaitu elektroda karbon dan seng yang diamati selama tujuh hari.